Numpang promo

Welcome To My Place......

Selamat datang di blogku

Minggu, 27 November 2011

Laporan Fieldtrip Sosiologi Pertanian

LAPORAN FIELDTRIP

SOSIOLOGI PERTANIAN

Kelompok 2 C1

Evi Nur Aili (105040200111083)

Intan Maya Sari (105040200111087)

Farahmita S (105040200111088)

Ernita Lovera P.P (105040200111089)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG

JUNI 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia pertanian maupun dunia usaha dalam bidang pertanian erat kaitannya dengan aspek-aspek sosiologi yang mencakup kebudayaan, stratifikasi sosial, kelembagaan, dan jaringan sosial. Aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supradesa.

Kebudayaan dapat memberi pengaruh dalam usaha pertanian. Sabagai contohnya bila pada suatu daerah mayoritas makanan pokok masyarakatnya adalah padi maka secara otomatis usaha pertanian yang dilakukan para petani kebanyakan akan menjadikan padi sebagai komoditas utama usaha mereka.

Dalam suatu daerah atau desa terdapat lapisan-lapisan masyarakat atau stratifikasi sosial. Pada beberapa kelompok masyarakat, stratifikasi sosial atau pelapisan masyarakat tersebut dapat diukur dari luas sawah yang dimiliki bila pada daerah tersebut mayoritas mata pencahariannya adalah sebagai petani.

Kadang kala dalam usaha pertanian didapati suatu permasalahan yang belum diketahui solusinya sehingga muncul suatu dampak negatif bagi usaha pertanian. Seperti contonhya merebaknya hama tikus yang menyerang tanaman. Dalam menyelesaikan masalah tersebut suatu lembaga dibentuk sebagai tempat musyawarah sehingga dapat ditemukan jalan keluar dari permasalahan itu.

Usaha pertanian erat kaitannya dengan pemsaran, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui perantara atau distributor. Dibutuhkan jaringan sosial yang baik agar dapat memasarkan hasil pertanian tersebut. Oleh karena itu aspek-aspek sosiologi memang sangat berperan dalam mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supra desa.

1.2 Tujuan

Tujuan diadakannya fieldtrip sosiologi pertanian yang dilakukan di desa Donowarih adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman aspek-aspek sosiologis pada tingkat petani dan tingkat desa yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha pertanian.


BAB II

ASPEK SOSIOLOGIS PETANI

  1. Diskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Sudir (Oleh Evi Nur Aili 105040200111083)

Salah satu rumah petani yang kami kunjungi di desa Donowarih adalah rumah dari Bapak Sudir dengan nomor rumah 36, rt 06/02. Bapak sudir berusia 48 tahun. Bapak sudir memiliki seorang istri yang bernama Susiati dan 2 orang anak. Pekerjaan bapak sudir adalah petani. Pendidikan terakhir yang ditempuh pak Sudir adalah SD kelas 5. Bapak sudir bekerja sebagai petani sejak tahun 1990-an. Bapak sudir memiliki lahan pertanian sendiri dengan luas 1 ha. Lahan tersebut di beli pak sudir dari temannya pada tahun 1990. Setelah memiliki lahan pertanian, pak sudir langsung mengolah lahan tersebut untuk dijadikan lahan pertanian. Pak sudir memiliki 2 hewan ternak yaitu sapi. Sapi tersebut digunakan pak Sudir untuk membantunya dalam mengolah lahan pertaniannya.

Pak Sudir menanami lahan pertaniannya dengan menggunakan sistem tumpangsari. Dalam satu tahun, lahan sawah pak sudir ditanami padi, cabai, jagung, dan sawi. Pak sudir memilih tanaman tersebut karena mudah dalam perawatan. Dalam satu tahun pak sudir dapat memanen padi sampai 2 kali. Pada tanaman sayuran pak sudir dapat memanen hasil sebanyak 3 kali. Pak Sudir menggunakan cangkul dan bajak dalam mengolah sawahnya. Pengolahan lahan biasanya dilakukan setelah 1 bulan panen. Pak Sudir memperoleh bibit dari kelompok tani dan sebagian ada yang di beli secara pribadi karena bibit yang di peroleh dari kelompok tani biasanya memiliki kualitas yang kurang baik dan tidak unggul dan jumlah bibit yang diberikan oleh kelompok tani pun sedikit. Biasanya, pak Sudir memperoleh bibit padi dari kelompok tani sebanyak 5 kg untuk satu kali panen. Pak Sudir selalu mendapatkan bibit dari kelompok tani karena setiap bulan pak Sudir membayar uang kas sebesar 10.000. Setiap satu bulan sekali kelompok tani mengadakan pertemuan. Bibit baru di berikan oleh kelompok tani kepada pak sudir, setelah lahan pak Sudir panen. Harga 4 bungkus bibit tomat yang dibeli sendiri oleh pak Sudir seharga 10.000. Dua bungkus bibit tomat, bisa digunakan untuk 2 bedeng. Sedangkan harga bibit cabai merah besar seharga 100.000. Jarak tanam untuk padi adalah 20 m2. Jumlah bibit padi dalam satu lubang yang biasa di berikan oleh pak Sudir adalah 15 bibit. Perairan di peroleh dari aliran sungai yang berasal dari daerah batu. Sistem pengairan di atur oleh HIPPA yang ada di desa tersebut. Setiap panen pak Sudir memberikan imbalan kepada himpunan pengatur air tersebut berupa uang atau padi. Jenis pupuk yang biasa di gunakan oleh pak Sudir adalah jenis pupuk organik, kandang yang berasal dari kotoran sapi, kimia, urea, phonska dan KNO 29. Untuk tanaman cabai dan jagung biasanya diberkan jenis pupuk campuran antara KNO 29 2 kg dan phonska. Untuk penyiangan pak sudir menggunakan arit dan tangan. Hama yang ditemukan dalam usaha tani pak Sudir adalah walang sangit, wereng, dan tikus. Tikus sangat mendominasi. Untuk mengendalikan hama wereng dan walang sangit, pak Sudir menggunakan semprotan micin. Sedangkan untuk mengendalikan hama tikus menggunakan phospit. Panen dilakukan dengan cara dirontokkan dengan digebyok. Setelah dirontokkan, padi dibersihkan dan di jemur. Hasil panen langsung di jual karena biasanya jika waktu panen tiba, para pembeli sudah berada di tempat untuk membeli hasil panen. Pak Sudir memperoleh pengetahuan tentang cara bercocok tanam dari penyuluhan yang diberikan oleh gapoktan. Namun setelah itu, pak Sudir banyak melakukan percobaan-percobaan sendiri untuk meningkatkan hasil panennya. Setelah menemukan cara budidaya yang terbaik, pak Sudir tidak pernah merubah cara budidayanya.

Sejak awal membeli lahan pertanian sampai sekarang, luas lahan pertanian milik pak Sudir tidak pernah mengalami perubahan. Status Rumah yang ditempati oleh keluarga pak Sudir adalah milik sendiri. Dengan luas rumah 60-70 m2. lantai rumah pak Sudir sudah menggunakan keramik dengan dinding tembok. Jenis atap yang digunakan adalah genteng. Keluarga pak Sudir memiliki 1 sepeda motor dan 1 televisi 14 inc. Keluarga pak Sudir tidak memiliki telepon rumah maupun handphone.

Di desa donowarih, terdapat gabungan kelompok tani yang di ketuai oleh bapak Ridwan. Bapak Sudir adalah salah satu anggota dari gapoktan. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh gaboktan di desa donowarih adalah mengadakan suatu musyawarah untuk membicarakan masalah-masalah yang muncul dalam bidang pertanian di desa donowarih. Pak Sudir adalah anggota yang aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok tani tersebut. Manfaat yang di rasakan oleh pak Sudir selama menjadi anggota gapoktan adalah banyak mendapatkan bantuan dalam memecahkan masalah yang timbul dalam sistem pertaniannya.

Di desa donowarih juga terdapat HIPPA, himpunan petani pemakai air yang di ketuai oleh bapak Sukadi. Pak Sudir termasuk kedalam anggota HIPPA di desa tersebut. Kegiatan HIPPA di desa tersebut adalah mengatur pembagian air setiap harinya. Pak sudir aktif dalam HIPPA. Manfaat yang diperoleh selama pak Sudir menjadi anggota HIPPA adalah banyak mendapatkan bantuan dalam pembagian air secara merata. Iuran yang dikenakan untuk anggota HIPPA adalah 100.000. Iuran dikumpulkan setiap setelah panen.

Selama menjalankan usahatani, pak Sudir tidak pernah membutuhkan modal dari luar. Pak sudir dalam melakukan kegiatan usaha taninya tidak pernah menggunakan tenaga kerja tambahan dari luar karena sistem bididaya tanaman yang dilakukan pak Sudir menggunakan sistem tumpangsari, jadi pengolahan dan perawatannya pun tidak secara serempak bisa bergantian. Semua sarana produksi usahatani pak Sudir seperti bibit, pupuk kimia, pupuk organik dan pestisida didapatkan dari gapoktan, beli secara pribadi, membuat sendiri, dan sebagian dari hasil panen sebelumnnya. Hasil panen yang diperoleh oleh bapak Sudir setiap musim panen, lebih dari 50% di jual selebihnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil panen biasanya langsung di jual kepada pembeli setelah dikeringkan dan masih dalam bentuk gabah.

Pak sudir pernah berkonsultasi dengan PPL yang ada di desa donowarih tetapi jarang karena kebanyakan saran yang diberikan tidak begitu mempengaruhi hasil pertanian untuk mengalami peningkatan. BPTP sering mengunjungi desa donowarih untuk mengadakan penyuluhan tentang pertanian dan di sana pak Sudir sering konsultasi dan diskusi tentang maslah pertanian. Bapak sudir tidak menjalin kerjasama dengan kios sarana produksi pertanian dan kerjasama dalam kelompok tani dalam pemasaran hasil produksi. Pak sudir pun tidak pernah berhubungan dengan bank manapun untuk menyimpan uang maupun meminjam modal.

Kondisi pertanian di desa donowarih yang sekarang dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru jika dibandingkan mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena harga jual tidak sebanding dengan harga penanaman dan perawatan. Pada masa P. Suharto harga-harga seperti bibit, pestisida, obat kimia, dan lain-lain sangant murah dan harga jualnya pun cukup tinggi. namun pada masa reformasi terjadi sebaliknya, harga bibit, pestisida, dan obat kimia sangat tinggi namun harga jual sangat rendah. menurut pendapat pak sudir mengenai pemerintah yang sekarang menggalakkan penggunaan pupuk organik dari pada pupuk kimia itu sama saja. Karena menurut pak sudir hasil yang di dapatkan dari penggunaan pupuk kimia maupun pupuk organi untuk hasil pertaniannya sama saja hasilnya, tidak ada perbedaan. Jika berbicara tentang kondisi kesuburan tanah pertanian yang ada di desa donowarih itu tergantung pada iklim dan sifat tanah tersebut. Untuk mengantisipasi perubahan iklim yang memepengaruhi tingkat kesuburan tanah, pak sudir pengantisipasi dengan menanam tanaman yang memiliki sifat yang sesuai dengan kondisi lahan pertaniannya tersebut atau dengan pengolahan tanah lebih lanjut dengan memperhatikan sisten irigasi.


  1. Diskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Ridwan (Oleh Farahmita S 105040200111088)

Berikut adalah identitas petani yang berperan sebagai narasumber.

Nama : RIDWAN

Umur : 60 tahun

Tingkat pendidikan formal : SD

Pekerjaan KK : petani (utama)

Sejak kapan menjadi petani : sejak tahun 1966

Jumlah anggota keluarga : 1 orang istri,5 orang anak dan 6 orang cucu

Luas lahan pertanian sawah : 250 dm­­² (milik sendiri)

I. Deskripsi keluarga

Di desa Donowarih dusun Karangan RT 15 RW 04,sebuah keluarga dengan kepala keluarga yang bekerja sebagai petani yang bernama Bapak Ridwn. Beliau berumur 60 tahun, mempunyai seorang istri,5 orang anak dan 6 orang cucu. Beliau ber pendidikan terakhir SD, beliau belajar peratnian sejak kecil, beliau belajar dri umur 15 tahun.

Sawah yang dimiliki beliau saat ini berasal dari pemberian anaknya. Dalam setahun beliu menanam padi dan jagung. Hasil panennya hanya untu dikonsumsi sendiri,tidak untuk dijual.

II. Kebudayaan Petani

Pada saat ditanami padi, beliau dalam pengolahan lahan menggunakan bajak, persiapan benih pun sudah di siap kan sebelum penanaman. Benih yang digunakan biasanya beras 64 dan untuk lahan 0,25 hektar membutuhkan benih 16 kg dengan waktu tanam berumur18-20 hari. Jumlah bibit per lubang sekitar 2-3 bibit. Puouk yang biasanya diguna SP-36, Phonska, ZA, dan urea. Pemupukan dilakuakan 3X, setelah 20 hari pupuk yang diberikan adalah ZA, SP-36, dan urea. Penyiangan yang dilakukan beliau dengan menggunakan manual atua dengan tangan, dan lahan beliau pengairanya dengan cara dialiri air. Hama yang sering dijumpai adalah walang sangit dan tikus. Pengendalaiannya dengan menggunakan pestisida cobra untuk walang sangit dan pospit untuk tikus. Dosisi yang dugunakan 10 L air untuk 1 sendok makan pestisida yang dilakukan dengan cara disemprot. Waktu penyemprotan biasanya waktu sore.

Tanda padi sudah mulai di panen adalah warna sudah menguning dan padi sudah merunduk. Pemanenan dilakukan dengan menggunkan sbit dan digebyok. Hasilnya kurang lebih 2 ton beras, hasilnya untuk dikonsumsi sendiri. Pengetahuan bercocok tanam diperoleh dari took pertanian dan juga dari PPL. Penegetahuan dalam bercocok tanam berubah mulai dari cara penanaman,pemupukan dan pengolahan.

III. Stratifikasi Sosial

Luas lahan yang dimiliki beliau tetap tidak ada perubahan, tidak berkurang ataupun bertambah. Kondisi rumah yang beliau tinggali sekarang sudah berkecukupan, status rumah milik pribadi. Luas lahan rumah 7 m x 15 m, lantai rumahpun sudah tegel/keramik,sudah bertembok, dan atap sudah genteng. Di lihat dari segi rumah beliau, beliau sudah termasuk orang yang mampu atau berkecukupan.

Alat taransportasi yang beliau miliki adalah sebuah sepeda motor, sudah memiliki televise berukuran 14 inc. alat komunikasi yang dimiliki adalah HP. Kedudukan beliau dalam masyarakat hanyalah anggota masyarakat biasa. Dan sebagai ketua kapoktan setempat.

IV. Kelembagaan

Di desa Donowarih terdapat kelompok tani yang diketuai oleh beliau . Menurut beliau kegiatan yang dilakukan kelompok tani yaitu membahas masalah pertanian di desa tersebut sehingga masalah tersebut dapat diatasi dengan musyawarah bersama. Banyak manfaat yang dirasakan oleh beliau, salah satunya yaitu menambah kemajuan khususnya dalam hal penanganan pertanian yang baik serta menambah pengalaman.

V. Jaringan Sosial

Hubungan bapak Ridwan dengan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di desa Donowarih yaitu pernah konsultasi dan diskusi, tetapi jarang bahkan sudah tidak pernah lagi, karena kebanyakan saran yang diberikan ketika diterapkan dalam lahan tidak berhasil sehingga membuat rugi (menurunkan produksi). Dalam pemasaran hasil pertanian, kelompok tani mengadakan kerjasama yaitu berupa pemantauan terhadap harga produksi tiap tahunnya dan selain harga dipantau juga kualitas/mutu hasil produksinya.

VI. Pengaruh Sosial dan Globalisasi

Pengamatan dan pengalaman yang telah beliau alami, kondisi pertanian di desa ini sekarang dibandingkan dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru mengalami penurunan dalam segi kondisi dan mengalami peningkatan dalam segi kulitas. Kemajuan ini dapat dilihat dari teknologi yang semakin berkembang . Tingkat kesuburan pun beberapa tahun terakhir telah mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu serta pengairan yang tidak terkontrol. Untuk mencegah kemunduran tingkat kesuburan tanah tersebut, beliau menggunakan antonik dengan cara penyemprotan atau biasa dikenal dengan istilah pengompresan.

VII. Kesimpulan

Kesimpulannya bahwa bapak Ridwan yang sudah sejak kecil belajar bertani dari toko pertanian beliau hingga sampai sekarang yang masih bekarja sebagai petani. Sawah yang dimiliki bapak Ridwan berasal dari pemberian anaknya. Di dalam masyarakat pun beliau juga terkadang berperan sebagi ketua kapoktan. Dengan adanya kelompok tani tersebut pertanian beliau menjadi selangkah lebih maju. Sarana produksi usahatani baik benih, pupuk dan pestisida beliau dapatkan dengan cara membeli kontan. Hasil panennya dikonsumsi sendiri.

Menurut beliau kondisi pertanian di desa ini sekarang dibandingkan dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru mengalami penurunan dalam segi kondisi dan mengalami peningkatan dalam segi kulitas. Kemajuan ini dapat dilihat dari teknologi yang semakin berkembang . Tingkat kesuburan pun beberapa tahun terakhir telah mengalami kemunduran.


3. Deskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Sunan (Oleh Ernita L.P.P 105040200111089)

I. IDENTIFIKASI PETANI

Nama petani : Sunan

Umur : 33 Tahun

Tingkat pendidikan formal : SD

Pekerjaan : a. Utama: Buruh tani b. Sampingan: --

Lama menjadi buruh tani : Sejak tahun 1990

Jumlah anggota keluarga : 4 orang, dengan 2 orang anak dan 1 orang istri

Luas lahan : --

Luas lahan tegal : --

Jumlah ternak : --

II. KEBUDAYAAN PETANI

1. Dalam satu tahun lahan sawah yang digarap biasanya ditanami padi dan jagung. Dalam satu tahun tersebut dua kali ditanam padi dan dua kali ditanam jagung. Hal tersebut dilakukan atas dasar permintaan pemilik sawah.

2. Cara bercocok tanam padi adalah sebagai berikut :

Sebelum bibit padi ditanam maka terlebih dahulu benih padi ( gabah ) di buat pembenihan dahulu. Setelah umur sekitar satu bulan maka tanaman bibit padi siap untuk di tanam. Sambil menunggu tanaman padi yang di buat bibitnya maka tanah yang akan ditanami dipacul terlebih dahulu dengan dibuat bedengan-bedengan,serta tidak lupa diberi pupuk kandang atau daun-daunan untuk pupuk alami. Bila semuanya sudah siap maka tanah yang akan ditanami dialiri dengan air kemudian tanahnya dipaculi kembali agar gembur serta bila ada tanaman penggangggu dicabuti. Bibit padi dari persemaian dicabuti dan dibersihkan akar-akarnya dari tanah yang menempel kemudian diikat dengan tali. Tali bsa dari tutus bambu atau daun kelapa. Bila bibit sudah siap dan lahan sudah dialiri dengan air maka bibit padi mulai ditanam di petak-petak sawah secara mudur agar penanam tidak menginjak bibit padi yang sudah ditanam. Selesai penanaman maka kotak-kotak tanah yang sudah ditanami diberi air sampai penuh agar tanah tidak kering. Jarak skitar satu minggu diberi pupuk buatan Urea untuk merangsang pertumbuhan padi tersebut. Setelah sebulan bibit padi yang sudah ditanami akan terlihat hijau dan kemudian di bersihkan dari rumput-rumput yang mengganggu,dan kita tinggal menunggu hasil panennya.

a. Pengolahan tanah menggunakan bajak berupa hewan yaitu sapi

b. Cara mempersiapkan benih untuk persemaian yaitu benih terlebih dahulu direndam dalam air. Benih yang terapung dibuang. Lama perendaman benih sekitar 24 jam, lalu diperam. Lama benih diperam sekitar 48 jam. Setalah terjadi perkecambahan, pada persemaian tersebut dilakukan perawatan yaitu dengan menggenangi bedengan dengan air selama 24 jam. Setelah 24 jam digenangi air, jumlah air dalam bedengan dikurangi agar benih tidak membusuk. Pada persemaian juga diberi pupuk yaitu dapat berupa pupuk urea dll.

c. Membuat persemaian di bedengan sawah, varietas unggul seperti varietas genjah, jumlah benih 25kg untuk 1 ha sawah, umur persemaiannya sekitar 17-25 hari.

d. Cara tanamnya yaitu dengan jarak tanam sekitar 25 cm, jumlah bibit perlubang untuk varietas unggul sekitar dua bibit dan untuk varietas biasa sekitar 10 bibit per lubang tanam, dan kondisi airnya diatur sesuai keadaan dan kebutuhan.

e. Jenis pupuk yang digunakan yaitu urea, Phonska, TSP, dan pupuk organik. Dilakukan dua kali sehari pada pagi hari dan sore hari.

f. Penyiangan dilakukan secara menual menggunakan arit atau sabit selama 10 hari pertama masa tanam awal padi. Cara pengairannya bila pada musim hujan cukup dibiarkan dengan menggunakan air hujan, bila pada musim kemarau pada malam hari diberi air sebanyak dua kali dalam 10 hari, atau lima hari sekali.

g. Jenis hama yang menyerang yaitu tikus, belalang, burung pipit, ulat dan wereng. Bila terjadi serangan hama menggunakan pestisida yaitu sekor dan poliku.

h. Ciri-cici padi sudah siap di panen yaitu warnanya kuning dan umurnya sudah tua. Padi dipanen dengan menggunakan sabit lalu dibersihkan dan disimpan.

3. Cara mengetahui bercocok tanam padi yaitu belajar sendiri atau otodidak.

4. Sejak pertama menjadi buruh tani pernah terjadi perubahan cara budidaya padi yaitu dengan penggunaan bajak singkal sejak tahun 2007. Yang mendorong terjadinya perubahan ialah dari orang-orang sekitar terutama kelompok tani yang telah banyak menggunakan bajak singkal.

III. STRATIFIKASI SOSIAL

1. Tidak terjadi perubahan luas lahan yang dimiliki karena sejak dulu tidak memiliki lahan sawah sendiri.

2. Tidak ada perubahan luas lahan.

3. Kondisi rumah saat ini

a. Status rumah yang ditempati : milik sendiri

b. Ukuran rumah : 6 m x 10 m

c. Jenis lantai : Tegel/keramik

d. Jenis dinding : Tembok

e. Jenis atap : Genteng biasa

4. Pemilikan alat transportasi

a. Kendaraan yang dimiliki : Sepeda motor

b. Pemilikan tv : Memiliki 14 inchi

c. Pemilikan telpon : Tidak ada

5. Kedudukan dalam masyarakat

a. Sebagai pamong desa : Tidak

b. Pengurus kelompok tani : Hanya anggota

c. Tokoh masyarakat : Tidak

d. PNS : Tidak ada

IV. KELEMBAGAAN

Kelompok tani

1. Dalam desa ada kelompok tani

2. Ketua kelompok tani Bapak Ridwan

3. Menjadi anggota kelompok tani

4. Kegiatan kelompok tani antara lain membahas tentang pengendalian hama tikus dan sosialisasi pembuatan pupuk organik.

5. Aktif dalam kegiatan kelompok tani.

6. Manfaat dalam mengikuti kegiatan kelompok tani ialah mendapat pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak.

Himpunan petani pemakai air (HIPPA)

1. Di desa ada HIPPA

2. Ketua tidak tau

3. Tidak menjadi anggota

Lembaga Keuangan/Perkreditan

1. Pernah membutuhkan modal dari luar keluarga.

2. Mendapat dari orang yang bekerja khusus memberi modal/hutang dalam jangka waktu 3 bulan dengan bunga 20%.

Lembaga lain/pranata sosial dalam usaha pertanian

1. Tidak pernah menggunakan tenaga kerja dari luar karena pekerjaan utamanya adalah buruh tani

2. Cara mendapatkan sarana produksi usaha tani;

a. Benih : Dari hasil panen sebelumnya

b. Pupuk kimia : Beli kontan

c. Pupuk organik : Beli kontan

d. Pestisida : Beli kontan

3. Hasil panen semua atau lebih dari 50% dijual dan sisanya dikonsumsi sendiri.

4. Yang dijual dalam bentuk gabah kepada pedagang yang datang.

V. JARINGAN SOSIAL

1. Hubungan dengan PPL di desa yaitu pernah datang konsultasi dan diskusi tetapi jarang.

2. Tidak pernah ada hubungan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan petuganya yang kantornya di Karang Ploso.

3. Tidak ada kerjasama dengan Kios Sarana Produksi Pertanian karena pemenuhan sarana produksi pertanian seperti bibit dapat menggunakan dari hasil panen sebelumnya, pestisida dan pupuk yang digunakan juga dibeli secara kontan.

4. Tidak ada kerjasama antar anggota kelompok tani dalam hal pemasaran karena pemasaran hasil pertanian dilakukan secara langsung oleh masing-masing petani kepada para pedagang.

5. Pernah berhubungan dengan bank untuk meminjam modal.

VI. PERUBAHAN SOSIAL DAN GLOBALISASI

1. Kondisi pertanian sekarang dengan masa orde baru lebih mengalami kemunduran karena dirasa semua sarana produksi pertanian semakin mahal dibanding pada saat masa orde baru.

2. Faktor yang menyebabkan kemunduran kondisi pertanian adalah dengan dibukanya pasar bebas dunia sehingga semua bahan pertanian berasal dari luar negeri dan harganya mahal.

3. Harga hasil pertanian sekarang dengan masa orde baru sama saja. Dulu semua sarana produksi pertanian harganya murah dan harga jual hasil pertaniannya juga rendah. Sekarang sarana produksi pertanian harganya mahal dan harga jual hasil pertanian juga tinggi.

4. Setuju dengan penggalakan penggunaan pupuk organik yang dilakukan oleh pemerintah karena pupuk organik lebih alami sehingga tidak menyebabkan efek samping yang buruk kepada hasil pertanian.

5. Sawah mengalami kemunduran tingkat kesuburan karena akibat dari penggunaan pupuk anorganik seperti urea dll. Tanda-tanda terjadi kemunduran kesuburan adalah dengan kondisi tanahnya yang menjadi tidak gembur lagi setelah menggunakan pupuk anorganik, tanaman yang ditanam juga tidak dapat tumbuh dengan subur.

6. Upaya untuk mencegah kemunduran kesuburan tanah adalah dengan pemakaian pupuk organik dalam setiap kegiatan budidaya tanaman.


4. Diskripsi Keluarga dan Usahatani Ibu Narwini (Oleh Intan M. S 10504020011107)

II.1 Deskripsi Keluarga

Ibu Narwini adalah petani yang berumur 60 tahun,ibu narwani mendapatkan pendididkan hanya sampai batas SD saja,karena pada zaman dahulu orang yang bertamatkan Sd sudah dikatakan mengecam pebdidikan yang layak dan bagus untuk dikalangan desa tempat lahir ibu Narwini.Pekaerja utma ibu Narwini ialah Petani,selain dari itu ia tidak mengambil pekerjaan sampingan lainnya,karena baginya bekerja sebagai petani sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarganya.Adapun luas lahan yang dimiliki Ibu Narwini ialah ¼ ha semenjak tahun 2000.Ibu Narwini hanya bertani dengan Tradisional,ia tidak menggunakan jasa hewan untuk membajak,oleh karena itu ia tidak memiliki ternak sama sekali.

II.2 Kebudayaan Petani

Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan Ibu Narwini dalam bertani dan menggunakan teknologi pertanian yang diaplikasikan sebagai petani selama ini.dalam hal penanaman tanaman Ibu Narwini sudah dikatakan baik,karena ia menggunakan sistem tanaman “bergilir”.Maksud tanaman bergilir ialah dalam satu tahun tanaman yang di tanam diganti setiap 3 atau 4 bulan sekali,sehingga dengan sistem penanaman seperti ini unsur hara pada lahan akan kembali lagi.Untuk penanaman secara bergilir ini Ibu ini menggunakan pengolahan tanah secara Tradisional dengan membajak sawahnya,dan untuk benih yang ingin ditanam Ibu tersebut langsung membeli yang jadi dengan varietas yang unggul dan jumlahnya 150 denagn jarak tanam 10 cm dan 2 bibiot perlubang.Untuk pengairan sendiri karena di desa tidak ada HIPPA,maka Ibu Narwini mengairi sawahnya dengan irigasi.Dalam hal pemupukkan Ibu Narwiwi hanya menggunakan pupuk organik yaitu Urea,yang dilakukan pada awal penanaman.Penyiangan dilakukan dengan menggunakan Gasrok,agar penyiangan baik maka penyiangan harus digenangi terus dan jangan dibiarkan kering.Kesulitan yang sering dialami dalam bercocok tanam ialah ketika hama sudah menyerang yaitu hama wereng,tikus,belalang,dsb.Hal pertama yang dilakukan ialah menyemprot dengan pestisida,karena menurut ibu ini,hal ini adalah salah satu cara yang berguna sebagai pencegahan tanaman mati.Jika ingin panen ibu ini terlebih dahulu melihat dari ciri fisiknya,seperti daun yang berwarna kuning,dan mengetahui bulirnya.Dalam melakukan pemanenan ibu ini menggunakan alat yaitu sabit.Untuk hal pengetahuan cara bercococok tanam Ibu Narwini hanya belajar otodidak tanpa ada penyuluhan,orang tua,dan pihak lain manapun sehingga sampai saat ini pengetahuannya tidak pernah berubah,karen akurang percaya kepada hal yang baru.

II.3 Status Sosial dan Posisinya dalam Lapisan sosial

Ibu Narwini mulai bertani hingga saat ini hanya memiliki lahan ¼ ha saja dan tidak ada perubahan.Keadaan dan kondisi rumah Ibu Narwini terbilang kategori Sederhana dengan ukuran rumah 5m×8 m,dengan lantai Plester/semen,jenis dinding tembok dan jenis atap asbes/seng,fasilitas yang dimiliki sepeda motor,TV sebanyak 1 buah,HP.Kedudukan dapat dikatakan sebagai lapisan nomor 2,karena lapisan nomor 1 dapat dikatakan yaitu Guru,PNS,Tokoh agama,Kades.dan lapisan nomor 2 yaitu ketua kelompok tani,ketua RT,ketua dusun,dan petani.Sedangkan untuk lapisan nomor 3 yaitu pengangguran,pengemis.

II.4 Kelembagaan Yang Berkaitan dengan Usahatani

Salah satu kelembagaan usaha tani di desa Donowarih ialah adanya kelompok tani yaitu Gapoktan yang merupakan gabungan tani dari kelompok tani Sumberlancar yang berdiri tahun 2009 dan sumber rejeki 3 tahun 70an.Adapun ketua Gapoktan tersebut ialah Pak Riduan,dalam kelompok tani tersebut Ibu Narwini merupakan anggota kelompok tani.Menurut Ibu Narwini kelompok tani ini banyak berpreran dan melakukan kegiatan contohnya : Bantuan obat-obatan tetapi beli,bantuan cara pengendalian hama yang tepat,bantuan yang lainnya.Dalam hal ini Ibu Narwini merasakan manfaatnya yaitu membeli semua obat-obatan dengan harga separuh harga jadi lebih hemat dan irit.Semua sarana produksi usaha tani hanyalah di beli kontan oleh Ibu Narwini dan hasil panennya hanya di konsumsi sendiri.

II.5 Jaringan sosial

Hubungan Ibu Narwini sangat bersahabat,karena Ibu Narwini sering berkonsultasi dan diskusi masalah pertanian dengan PPL,BPTP,tetapi tidak langsung mempercayainya.Ibu tidak ada hubungan kerjasama denga kios produksi pertanian dan juga dengan pemasaran tidak ada karena hasil pertanian banayak di konsumsi untuk kebutuhan sendiri.Sehingga jika di tanya hubungan kerjasama dengan bank maka Ibu memilkinya yaitu hanya untuk menabung .

II.6 Perubahan sosial

Menurut Ibu Narwini Pertanian sekarang mengalami kemunduran,karena pada Zaman dahulu penyakit masih jarang dan mudah diatasi dan penanggulangannya cepat,jika pada saat ini lahan bertani saja sudah banyak dijadikan sebagai perumahan,hotel,dll.Juga pada Zaman sekarang sangat banyak penyakit pada tanaman karena terlalau yakin pada hal-hal yang baru.

II.7 Kesimpulan

Kesimpulan dari hal ini Bahwa Ibu Narwini masih menganut kebudayaan primitiv dan tradisional karena tidak percaya kepada hal-hal yang baru,status sosial ibu wardini ialah seorang masyarakat menengah dengan berada di lapisan masyarakat pada golongan 2.Kelembagaan yang ada hanya Kelompok tani dan Hubungan kerjasama dengan Bank saja,jaringan sosial sangat terjaga dengan masyarakat setempat,PPL,ataupun BPTP.Sampai saat ini perubahan sosial yang ada bahwa pertanian semakin mengalami kemunduran.


BAB III

PENUTUP

Dari keempat petani yang telah diwawancarai bahwa semua telah menjadi petani sejak masih kecil atau masih remaja. Sawah yang dimiliki biasanya didapat dari warisan atau membeli dari orang lain. Di desa Donowarih terdapat kelompok tani. Dengan adanya kelompok tani tersebut pertanian beliau menjadi selangkah lebih maju. Sarana produksi usahatani baik benih, pupuk dan pestisida didapatkan dengan cara membeli kontan. Hasil panennya dikonsumsi sendiri.

Menurut keempat petani tersebut kondisi pertanian di desa ini sekarang dibandingkan dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru mengalami penurunan dalam segi kondisi dan mengalami peningkatan dalam segi kulitas. Kemajuan ini dapat dilihat dari teknologi yang semakin berkembang . Tingkat kesuburan pun beberapa tahun terakhir telah mengalami kemunduran.