Numpang promo

Welcome To My Place......

Selamat datang di blogku

Sabtu, 31 Desember 2011

Fisiologi Tanaman - Etilen dan Asam Absisat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah sel, tinggi, dll yang sifatnya irreversible atau tidak dapat kembali ke keadaan semula. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju ke arah kedewasaan yang sifatnya adalah reversible atau dapat kembali ke keadaan semula.
Pertumbuhan dan perkembangan tejadi pada seluruh makhluk hidup yang ada di bumi ini, baik itu manusia, hewan, dan tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu yang paling mudah untuk diamati (observasi) guna mengetahui apa itu pertumbuhan dan perkembangan beserta faktor-faktor yang mempengaruhi, pertumbuhan maupun perkembangan tersebut.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, hormon berperan sangat penting. Namun, tidak semua hormon yang terdapat pada tumbuhan tidak selalu membantu pertumbuhan. Ada hormon yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui fungsi dan mekanisme kerja hormon etile
2. Untuk mengetahui fungsi dan mekanisme kerja hormon ABA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etilen
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh (C2H4) yang pada suhu kamar berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian.
Selain itu, etilen merupakan :
- Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali.
- Di alam etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman.
- Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik.
- Mempengaruhi perombakan klorofil
- Mulai aktif dari 0,1 ppm (ambang batas/threshold)
- Dihasilkan jaringan tanaman hidup pada saat tertentu
- Merupakan homon (dihasilkan tanaman, bersifat mobil, senyawa organik) proses pematangan
Hubungan etilen dalam pematangan buah:
Pematangan adalah permulaan proses kelayuan ,organisasi sel terganggu, dimana enzim bercampur, sehingga terjadi hidrolisa, yaitu pemecahan klorofil, pati, pektin dan tanin, membentuk: etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Etilen
1. Suhu. Suhu tinggi (>350C) tidak terjadi pembentukan etilen. Suhu optimum pembentukan etilen (tomat,apel) 320C, sedangkan untuk buah-buahan yang lain lebih rendah.
2. Luka mekanis dan infeksi. Buah pecah, memar, dimakan dan jadi sarang ulat
3. Sinar radioaktif
4. Adanya O2 dan CO2. Bila O2 diturunkan dan CO2 dinaikkan maka proses pematangan terhambat. Dan bila keadaan anaerob tidak terjadi pembentukan etilen
5. Interaksi dengan hormon auxin. Apabila konsentrasi auxin meningkat maka etilen juga akan meningkat
6. Tingkat kematangan
Etilen dapat mempercepat terjadinya klimaterik:
- Alpukat yang disimpan pada udara biasa akan matang setelah 11 hari
- Bila etilen tersedia 10 ppm selama 24 jam, maka buah akan matang pada hari keenam
2.3 Mekanisme Kerja Etilen
Proses sintesis protein terjadi pada proses pematangan secara alami atau hormonal, dimana protein disintesis secepat dalam proses pematangan. Pematangan buah dan sintesis protein terhambat oleh siklohexamin pada permulaan fase klimatoris setelah siklohexamin hilang, maka sintesis etilen tidak mengalami hambatan. Sintesis ribonukleat juga diperlukan dalam proses pematangan. Etilen akan mempertinggi sintesis RNA pada buah mangga yang hijau.
Etilen dapat juga terbentuk karena adanya aktivitas auksin dan etilen mampu menghilangkan aktivitas auksin karena etilen dapat merusak polaritas sel transport, pada kondisi anearobpembentukan etilen terhambat, selain suhu O2 juga berpengaruh pada pembentukan etilen. Laju pembentukan etilen semakin menurun pada suhu di atas 30 0 C dan berhenti pada suhu 40 0 C, sehingga pada penyimpanan buah secara masal dengan kondisi anaerob akan merangsang pembentukan etilen oleh buah tersebut. Etilen yang diproduksi oleh setiap buah memberi efek komulatif dan merangsang buah lain untuk matang lebih cepat.
Buah berdasarkan kandungan amilumnya, dibedakan menjadi buah klimaterik dan buahnonklimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum, seperti pisang, mangga, apel dan alpokat yang dapat dipacu kematangannya dengan etilen. Etilen endogen yang dihasilkan oleh buah yang telah matang dengan sendirinya dapat memacu pematangan pada sekumpulan buah yang diperam. Buah nonklimaterik adalah buah yang kandungan amilumnya sedikit, seperti jeruk, anggur, semangka dan nanas. Pemberian etilen pada jenis buah ini dapat memacu laju respirasi, tetapi tidak dapat memacu produksi etilen endogen dan pematangan buah.
Perubahan fisiologi yang terjadi sealam proses pematangan adalah terjadinya proses respirasi kliamterik, diduga dalam proses pematangan oleh etilen mempengaruhi respirasi klimaterik melalui dua cara, yaitu:
1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran, sehingga permeabilitas sel menjadi besar, hal tersebut mengakibatkan proses pelunakan sehingga metabolisme respirasi dipercepat.
2. Selama klimaterik, kandungan protein meningkat dan diduga etilen lebih merangsang sintesis protein pada saat itu. Protein yang terbentuk akan terlihat dalam proses pematangan dan proses klimaterik mengalami peningkatan enzim-enzim respirasi.

2.4 Pengaruh Buruk Etilen Terhadap Tanaman
Pengaruh penting etilen dalam meningkatkan deteriorasi komoditi yang mudah rusak meliputi:
a. Mempercepat senensen dan menghilangkan warna hijau pada buah seperti mentimun dan sayuran daun
b. Mempercepat pemasakan buah selama penanganan dan penyimpanan
c. “Russet spoting” pada selada
d. Pembentukan rasa pahit pada wortel
e. Pertunasan kentang
f. Gugurnya daun (kol bunga, kubis, tanaman hias)
g. Pengerasan pada asparagus
h. Mempersingkat masa simpan dan mengurangi kualitas bunga
i. Gangguan fisiologis pada tanaman umbi lapis yang berbunga
j. Pengurangan masa simpan buah dan sayuran
2.5 Asam Absisat
Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut.
Asam absisat berperan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji. Dalam keadaan dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis berhenti sementara. Proses dormansi biji ini penting untuk menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki. Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwimusim yang bijinya memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas panjang. Tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan.
ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel. Akibatnya, kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisanepikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi. Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder. Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
Asam absisat merupakan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (inhibitor) yaitu bekerja berlawanan dengan hormon auksin dan giberelin dengan jalan mengurangi atau memperlambat kecepatan pembelahan dan pembesaran sel. Asam absisat akan aktif pada saat tumbuhan berada pada kondisi yang kurang baik, seperti pada musim dingin, musim kering, dan musim gugur. Mengapa asam absisat justru berperan pada saat tanaman berada dalam kondisi yang kurang baik? Pada saat tumbuhan mengalami kondisi yang kurang baik, misalnya ketika kekurangan air di musim kering, maka tumbuhan tersebut mengalami dormansi yaitu daun-daunnya akan digugurkan dan yang tertinggal adalah tunas-tunasnya. Dalam keadaan demikian asam absisat terkumpul/terakumulasi pada tunas yang terletak pada sel penutup stomata, hal ini menyebabkan stomata menutup, sehingga penguapan air berkurang dan keseimbangan air di dalam tubuh tumbuhan terpelihara sehingga pertumbuhan tunasnya terhambat yang disebabkan melambatnya kecepatan pembelahan dan pembesaran sel-sel tunasnya. Fungsi asam absisat yaitu dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan dan pemanjangan sel pada daerah titik tumbuh, macam pengguguran daun dan mendorong dormansi biji agar tidak berkecambah.
2.6 Biosintesis ABA
Biosintesis ABA dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas. Ada dua jalur metabolisme yang dapat ditempuh untuk menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA) dan jalur metileritritol fosfat (MEP). Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA. Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah sel, tinggi, dll yang sifatnya irreversible atau tidak dapat kembali ke keadaan semula. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju ke arah kedewasaan yang sifatnya adalah reversible atau dapat kembali ke keadaan semula.
Pertumbuhan dan perkembangan tejadi pada seluruh makhluk hidup yang ada di bumi ini, baik itu manusia, hewan, dan tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu yang paling mudah untuk diamati (observasi) guna mengetahui apa itu pertumbuhan dan perkembangan beserta faktor-faktor yang mempengaruhi, pertumbuhan maupun perkembangan tersebut.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, hormon berperan sangat penting. Namun, tidak semua hormon yang terdapat pada tumbuhan tidak selalu membantu pertumbuhan. Ada hormon yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman .


DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Asam Absisat. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_absisat, diakses pada 17 Desember 2011)
Anonymous. 2011. Mengapa Etilen Sebagai Inhibitor CO2. (Online), (http://Fisiologi/mengapa-etilen-sebagai-inhibitor-co22.htm, diakses pada 17 Desember 2011)
Anonymous. 2011. Fungsi Asam Absisat. (Online), (http://Fungsi%20Asam%20Absisat%20%20%20Biologi%20Kelas%20XII.htm, diakses pada 17 Desember 2011)
Anonymous. 2011. Hormon Asam Absisat. (Online), (http://Hormon%20ABA%20%28Asam%20absisat%29..htm, diakses pada 17 Desember 2011)
Anonymous. 2011. Faktor Internal Pertumbuhan Tanaman. (Online), (http://FAKTOR%20INTERNAL%20PERTUMBUHAN%20TANAMAN%C2%A0 Biologi%20TerLengkap!.htm, diakses pada 17 Desember 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar